Namun perlu diketahui terlebih dahulu, lulusnya anak atau sedang mondok di
pesantren pada dasarnya bukanlah jalan keluar agar anak kita menjadi seorang
pendakwah atau alim ulama.
Maksudnya, lulusan pesantren pun tidak menjamin seorang anak menjadi anak yang
sholeh sholehah, apalagi yang bukan lulusan pesantren.
Di zaman yang semakin tak terbaca kemana arahnya ini masa depan anak kita
semakin sulit untuk ditebak, sebuah Pondok Pesantren adalah solusi, alternatif
yang sangat bisa diandalkan.
Setidaknya, jika anak kita belum bisa menjadi seorang ustadz, pendakwah atau
alim ulama, paling tidak telah tertanam pada dirinya ilmu ilmu agama Al-Qur'an
dan As-sunah yang insyaAllah dapat menuntunnya sepanjang perjalanan hidupnya
di dunia.
Begitu pun saya, ketika saya hendak mondok dulu, kedua orang tua saya sangat
berharap kepada saya supaya menjadi anak sholeh, menjadi penerus keluarga,
menjadi seorang pendakwah, alim ulama, paling tidak dapat menuntun dirinya
sendiri pada nahi mungkar.
Dari sekian ribu lulusan pesantren, tak hayal hanya beberapa persen, tiga dari
persepuluh yang berhasil mendapatkan kapasitas sebagai tokoh agama, tokoh
masyarakat, seseorang yang besar yang dapat menuntun umat.
Banyak pula mereka yang belum pernah mondok namun dapat menjadi pendakwak,
alim ulama, panutan umat.
Dan semua itu kembali kepada kekompakan dari didikan kedua orangtuanya,
lingkungan, para pendidik akedemik maupun non-akademik hingga pada diri
anaknya itu sendiri.
Saya teringat kembali nasihat dari Para Kiyai saat saya mondok dulu, disebuah
kesempatan beliau bernasihat:
Pesantren bukanlah tempat sulap, Pesantren tidak menyulap "bimsalabim" para santri nya menjadi ustadz, pendakwah, alim ulama ataupun tokoh masyarakat.
Dari sini kita dapat kembali menyimpulkan maksud dari nasihat Para Kiyai
sekaligus Para Pendiri Pondok. Bahwa sebuah Pondok Pesantren hanya memberikan
wadah, fasilitas atau kail untuk merangsang para santri atau anak didiknya
untuk menjadi seorang ustadz, pendakwah dan alim ulama.
Terkait akan menjadi apa mereka di masa depan, kembali kepada lingkungan,
keluarga dan diri anak itu sendiri.
Sudah banyak sekali kasus dan contoh bahwa sebagus apapun sistem yang di
miliki oleh sebuah Pesantren, tidak benar-benar menjamin 100% lulusan dari
Pesantren tersebut menjadi alumni yang sukses.
Namun ikhtiar memilih Pondok Pesantren adalah keharusan tanggung jawab kita
sebagai orang tua agar masa depan anak kita menjadi lebih baik.
Kembali pada pokok pembahasan utama kita, setelah saya menguraikan keterangan
diatas diharapkan para orang tua atau para wali betul-betul memahaminya.
Tips Agar Anak Mau Masuk Pondok Pesantren.
1. Beri anak pondasi dan pemahaman
Tips pertama yang harus dilakukan oleh para orang tua sebelum anaknya mondok
ataupun tidak mondok nantinya adalah memberi pondasi dasar dan pemahaman
tentang hak dan batil.
Hal ini wajib dilakukan demi memproteksi diri dari anaknya itu sendiri dari
human error.
Maksudnya, manusia adalah tempat nya salah, Para Kiyai, Ustadz, Guru atau para
senior nya nanti di Pondok ataupun Sekolah juga adalah manusia biasa yang tak
lepat dari khilaf dan salah.
Banyaknya teman dan senior, jika dari awal kita sebagai orang tua tidak
memberi pemahaman dasar tentang hak dan batil, kelak anak kita akan meniru,
mencontoh membabi buta siapa saja dilingkungan tersebut sekalipun pesantren.
Contohnya, katakan saja merokok bukanlah hal yang baik. Beri anak pondasi
dasar, pemahaman bahwa merokok bukanlah hal yang patut di contoh.
Maka setelah kita memberi pemahaman dan pengertian tersebut kepada anak kita,
kelak sejauh apapun anak kita ditempatkan, ketika ia melihat ustadz, gurunya
atau ajakan temannya untuk merokok, secara tidak langsung telah tertanam
dibawah alam sadarnya bahwa itu bukanlah tindakan yang kedua orangtuanya
inginkan.
Dan masih banyak lagi.
Karena tidak selamanya Kiyai, Ustadz selalu mengayomi dan mendampingi
anak-anak kita di asrama.
Tugas utama kita sebagai orang tua adalah memberi pondasi dan proteksi awal.
2. Pahami karakter anak
Tips kedua Agar Anak Mau Masuk Pondok Pesantren adalah memahami
karakter anak kita, semirip apapun anak kita dengan kita pasti ada beberapa
yang berbeda terutama dengan karakter. Karena itu sebuah fitrah dari Sang
Khalik.
Terutama pada anak perempuan, anak perempuan sangat sensitif. Sebagai orang
tua mungkin saja kita bisa memasukkan anak perempuan kita ke pesantren.
Namun kita tidak benar-benar peka dan memahami kearah mana keinginan anak
perempuan kita. Tapi hal ini jarang terjadi namun tidak bisa disepelekan.
Akibat dari memaksa kehendak kita, anak hasil dari paksaan orang tua untuk
masuk kepesantrenan dia tidak akan serius pada setiap mengikuti kegiatan di
pesantren.
Mulai dari sering terkena hukuman, sering melawan hingga puncaknya
kabur-kaburan dari pondok.
3. Pastikan pesantren cocok dengan pilihan kita
Ada ribuan Pondok Pesantren di Indonesia, pada dasarnya tujuan dari pesantren
itu semua sama, mendidik dan menghasilkan alumni dan individu yang berilmu dan
berakhlak mulia.
Namun di lain sisi satu tujuan yang sama yang membedakan antara satu dan yang
lainnya adalah dari metode, sistem dan masih banyak lagi.
Ada pesantren yang mengikuti setiap arahan dari MENDIKBUD atau pemerintah, ada
pesantren yang malah bertolak belakang, macam-macam.
Maka dari itu dalam hal ini kembali lagi kepada Anda sebagai orang tua wali
santri, ingin tipe seperti apa pesantren yang Anda inginkan.
Pesantren yang hanya fokus pada Al-Qur'an dan As-sunah saja kah, seperti
contohnya Rumah Tahfidz Qur'an. Dimana para santri hanya fokus dalam memahami
dan menghafal Al-Qur'an.
Atau Pesantren Modern, dimana santri dapat dengan bebasnya memilih passion
yang diminati.
Karena jika Anda (wali santri) tidak memahami point ini, selesai nya anak Anda
dari Pesantren, malah Anda sendiri akan kaget, atau bahkan tidak sealur dengan
yang Anda harapkan.
Contohnya, dimana setelah lulus nanti yang Anda harapkan, anak kelak menjadi
penghafal Al-Qur'an, selesai nya dia dari pesantren malah menjadi Vocalis
Marawis atau Nasyid. Lalu Anda komplain kepada pihak pondok.
Kasus diatas sangat sering terjadi, para wali santri malah menyalahkan pihak
pondok itu sendiri.
Biasanya orang tua seperti ini kurang aktif dalam mengetahui sejauh mana
perkembangan anaknya saat di Pesantren.
Yang dilakukannya saat anaknya mondok hanya memberi biaya bulanan dan
kebutuhan anaknya di pesantren hingga lulus.
4. Metode tarik ulur
Metode ini dapat dilakukan pada anak yang masih labil atau masih kurang teguh
dengan pendiriannya, pola pikirnya yang cepat berubah-ubah.
Anda sebagai walinya dapat menarik anak tersebut kepesantren, lalu menerapkan
metode pada point pertama diatas tadi.
Anda akan mengetahui reaksi anak tersebut, apakah nantinya anak kita akan
memberontak saat dimasukan ke pesantren atau malah sebaliknya.
Jangan karena polos lalu kita mengiming-imingi anak dengan hal-hal
manis di pesantren apalagi sampai membohongi, saya sarankan agar juga di beri
pemahaman resiko ketika dia hidup mandiri dengan berbagai solusi dan efek
ketika dia belajar hidup mandiri.
5. Evaluasi
Metode terakhir dari Tips Agar Anak Mau Masuk Pondok Pesantren adalah dengan
cara mengevaluasi atau dalam istilah gaulnya Muhasabah.
Evaluasi atau muhasabah ini tidak hanya untuk anak-anak kita, kita sebagai
orang tua pun harus evaluasi.
Setelah berbagai poin diatas telah kita usahakan, lihat bagaimana reaksinya,
apakah hal positif yang kita dapatkan, atau sebaliknya.
Apapun keputusannya baik atau baik, mungkin memang sudah seperti itu jalan
terbaiknya, sebaik apapun usaha kita pada dasarnya niat Anda memasukkan anak
ke pesantren pada dasarnya adalah niat yang baik.
Apakah kelak dia akan mesantren atau sekolah, kita sebagai orang tua tetap
saja peranan utama dalam mendidik. Jangan menjudge anak supaya menjadi
seperti apa yang kita inginkan, tapi judge terlebih dahulu diri kita
sendiri.
Anak adalah cerminan diri kita sendiri, jika kita ingin anak Sholeh, maka kita
dulu sebagai orang tua harus sholeh dan seterusnya.
Nah, itu dia pembaca budiman
Tips Agar Anak Mau Masuk Pondok Pesantren versi pengalaman pribadi
saya, jika ada yang ingin Anda tambahkan mungkin bisa tulis di kolom komentar
dibawah.
Kurang lebih nya, salah benarnya mohon maaf.
Wallahu'alam
Tips Agar Anak Mau Masuk Pondok Pesantren