Pondok Pesantren merupakan miniatur kehidupan, segala aspek, budaya dan kultur
terdapat didalamnya.
Sebagai santri sepengalaman penulis menyarankan jangan hanya menjadi santri,
maksudnya jangan hanya bermukim saja didalamnya, yang penting betah, yang
penting lulus.
Karena jika hanya seperti itu, setelah selesainya kelak dari pesantren seperti
bangun tidur atau mimpi.
Jika hanya lulus dan bertahan di Pondok, mesjid dan kelas pun bertahan
bertahun-tahun di Pondok. Saya menulis Tips Hidup di Pondok Pesantren ini
supaya bagi santri yang sedang mondok atau yang akan mondok kelak tidak
menyesal setelah lulus/khatam dari Pesantren.
Karena tidak sedikit para alumni yang menyesal setelah khatam dari
Pesantren tapi belum bisa apa-apa, dan ingin mengulang kembali belajar di
Pesantren.
Berikut beberapa Tips Hidup di Pondok Pesantren
1. Kenali Teman
Ketika kamu telah memutuskan untuk bersekolah atau menjenjang karir
pendidikan di dunia pesantren kamu harus menyiapkan segala hal nya agar
kelak tak salah kaprah dalam memahami aspek kehidupan santri di Pesantren.
Tips hidup di Pesantren yang pertama adalah memilah milih teman.
"Loh kok? Bukannya di sarankan berteman dengan siapa saja?" Seseorang
bertanya.
Ya, berteman dengan siapa saja memang tidak salah, namun tetap harus
memiliki batasan. Jika tidak malah kita akan terbawa-bawa jika tak pandai
mawas diri.
Ikuti dan dekati mereka yang rajin dalam belajar dan menghafal, mereka yang
slalu berprestasi, yang senantiasa memotivasi dan mau membantu.
Karena hal ini sangat berpengaruh kepada atmosfer hidupmu di Pondok.
Jika kamu berteman dengan teman yang suka melanggar, maka mau tidak mau kamu
pun akan melanggar.
Berbeda jika kamu berteman dengan mereka yang hobi berbahasa asing
atau menghafal Vocabulary atau Mufrodat. Pasti kamu pun akan
ahli dalam berbahasa asing.
2. Ikuti Peraturan Pondok
Kata siapa mengikuti setiap kegiatan dan disiplin yang ada di Pondok adalah
"so aktif" ?
Nyinyiran seperti itu hanya dilontarkan oleh mereka yang iri karena
kamu disiplin dan jarang terkena punishment.
Terkait disiplin, saya jadi teringat pepatah Almarhum Kiyai pada suatu
Khutbah dalam acara Kuliah Umum yang bunyinya:
Lambat terhambatMalas tergilasMeleng terpelantingMundur hancurBerhenti berarti mati
Jika kita bekerja dengan lambat, maka pasti akan menghambat segalanya. Jika
malas akan tergilas oleh waktu dan disiplin. Meleng akan terpelanting oleh
keadaan. Mundur berarti siap menerima kehancuran. Dan berhenti? Matilah
segalanya.
3. Bersungguh-sungguh
Bersungguh-sungguh berarti terkait dengan mental. Mereka yang memiliki
mental dan tekad yang kuat, pasti akan sukses dan berhasil.
Saya memiliki teman yang tekad dan kesungguhan nya dulu di Pondok sangat
tinggi.
Banyak teman yang kurang menyukai dengan sikapnya yang terkadang di bilang
egois.
Namun karena tekad dan kesungguhan nya itu sama sekali tidak merobohkan niat
nya.
"Buat apa sih akhi belajar bahasa, menghafal mutholaah dan balagoh. Toh,
orang diluar sana ga bakal nanya, maa hual ilmu balagoh?" Tanya seorang teman
Ya, orang yang sedang bertanya kala itu adalah saya.
Beliau kala itu hanya menjawab:
"Akhi, memang diluar sana orang ga bakal nanya definisi grammar atau
nahwu, tapi ana sedang usaha belajar bahasa asing."
Pertanyaan nya sangat umum dan biasa dijawab oleh para Ustadz/guru.
Tapi esensi lain yang saya dapatkan adalah Kesungguhan dan Kegigihan.
Semua jawaban beliau terjawab saat ini, ya memang benar orang tidak akan
bertanya mahfudzot, ya memang benar orang tidak menanya hafalan
Mufrodat.
Tapi berkat kesungguhan dan kegigihan nya, beliau menjadi terbiasa dan
mentalnya terlatih.
Hingga saat ini beliau telah menjabat menjadi seorang Abdi Negara di sebuah
Kesatuan Tentara Republik Indonesia, luar biasa.
4. Jangan malu berbahasa asing
Jujur saja, hingga saat ini saya masih termakan dari kata-kata,
jangan so inglish lah.
Jika saja saat itu saya pede, saya tidak peduli dengan salah, mungkin saat
ini saya tetap seperti ini.
Tidak ada ruginya kita berbahasa asing (Arab dan Inggris). Jangan berbahasa
hanya karena takut terkena spy atau punishment tapi
berbahasalah dengan penuh kesadaran.
Pesantren menyelamatkan saya dari kedunguan berbahasa
Saya sangat bersyukur, meski saat kecil hidup saya di besarkan bukan di
Inggris, tapi saya bisa berbahasa dasar bahasa dunia ini.
Dan Bahasa Arab?
Sesekali sedang mengaji, beberapa ayat Al-Qur'an bisa saya pahami,
Alhamdulillah.
5. Pesantren bukan hotel atau restoran
Beberapa santri mengeluhkan menu makanan tidak enak, tempat tinggal yang
kurang nyaman dan lain-lain.
Tips Hidup di Pesantren yang terakhir ini adalah Al-Faqir mengingatkan
kembali, jika Pesantren bukanlah Alona, hotel.
Juga bukan Rumah Makan Sederhana.
Pondok Pesantren adalah wadah, tempat, sarana untuk berlatih, menggembleng,
menyiapkan diri agar di masa depan kelak kita menjadi insan yang terbaik yang
di dambakan keluarga dan negara.
6. Istiqamah
Tips Hidup di Pondok Pesantren terakhir adalah istiqamah.
Istiqomah lah dalam hal yang baik, karena Allah lebih menyukai hamba-nya yang
ber istiqamah meski hal baik itu sedikit, daripada melakukan hal baik yang
besar tapi hanya sementara.
Yang terberat dalam melakukan hal kebaikan ini adalah memang istiqamah,
Allahu musta'an.
Simpulan
Sebenarnya Tips Hidup di Pondok Pesantren yang saya bagikan ini hanya opini
dari saya pribadi.
Masih sangat-sangat banyak lagi tips lainnya, kepada teman dan rekan yang
sedang membaca artikel saya ini, silahkan tambahkan tips yang lainnya di kolom
komentar dibawah ini agar dari kita saling melengkapi dan mengetahui.
Ballighu anni walau ayah
Wallahu 'alam