Sedekah adalah harta kita yang sebenarnya Sedekah Sekarang

Cerpen Islami Romantika Cinta di Pesantren

Cerpen Islami Romantika Cinta di Pesantren
Cerpen Islami Romantika Cinta di Pesantren


SMS sore itu masih saja terasa seperti mimpi

Wanita yang pertama kali ku kenali di sebuah pelosok desa membuat ku benar-benar hancur berkeping-keping

Wanita yang pertama kali mengenal kan ku apa itu cinta

Meski singkat waktu yang mempertemukan kita, namun cinta pertama ini sangat membuat ku terkesan

Kejadian terakhir yang membuat ku tak pernah ingin kembali mengenal cinta

Tak seharusnya aku secepat ini mengenal cinta

Hari-hari ini terasa sangat berat

Dimana aku harus benar-benar memilih

Logika dan akal sehat ku tak berfungsi semestinya

Hanya karena kami yang berbeda dunia

Dunia Pesantren dan dunia fana

Waktu, jarak dan komunikasi yang selalu melulu ku salah kan

Karena terimakasih, engkau wanita pertama yang telah menghargai ku

Aku yang bodoh dan polos mencintaimu sebisaku

Ku tau tatapan tulus terakhir mu, saat ku kembali lagi ke pondok 

Tak seharusnya aku mengenalmu

Tak seharusnya ku mengikuti hawa nafsu ku

Ku luruskan kembali benar-benar niat pertama ku untuk memilih mesantren

Siapa aku dan menjadi apa aku seharusnya

Menggelar kan sajadah malam itu adalah jalan terakhir ku untuk meminta yang terbaik pada Allah

Mengikhlaskan segalanya

Merelakan semuanya

Badai pun berlalu

Rintik rintik hujan yang turun menerpa goresan luka dihati ini dirasa takkan pernah membuat sembuh di setiap sayatan luka ini

"Kak jangan pernah tinggalin Nisa ya" 

"Ngga, kakak janji ga bakalan ninggalin Nisa" 

"Kak, maaf ya kaya nya kita udah ga cocok."

Kalimat-kalimat yang telah diucapkannya, seakan membuat ku tak pernah percaya jika cinta itu ada

"Nisa harap kakak jangan hubungin Nisa lagi, Nisa sekarang udah punya pacar kak"

"Saya pacarnya Nisa! Jangan pernah ganggu lagi pacar saya!" 

Ku baca kembali setiap sms yang masuk saat itu

Ku buang hp ku ke perapian

Bara api yang memanaskan kuali besar untuk santri memasak mie itu pun menghanguskan dengan cepat hp yang ku beli dari sisihan uang jajan bulanan

Ku bakar seluruh foto, buku dan kenangan lainnya

"Seburuk-buruknya harapan adalah berharap kepada makhluk!" 

Jelas Ustadz yang sedang mengajar kan kami di Masjid

"Berharap lah hanya pada Allah!" 

***

Waktu pun berlalu

7 tahun sudah ku tinggalkan Pesantren selepas ku lulus

Kenangan dan penjelasan dari ustadz masih terasa jika kenangan itu baru saja terjadi

Luka yang membekas di masa lalu itu membuat ku menikahi seorang wanita yang benar-benar tak pernah ku kenal sebelumnya

Tak ada lagi harapan pada makhluk

Hanya Allah lah segala makhluk berharap

Tamat




Posting Komentar