Suara jangkrik dan kodok di sawah saling bersahutan, malam itu begitu dingin
Selesainya kami makan-makan dirumah Nenek membuat kami mengantuk, meski
bergelas-gelas kopi kami minum, namun rasa lelah dan mengantuk di mata ini
tidak bisa kami bohongi
"Duh, ngantuk banget nih asli."
"Rasanya mau langsung tidur aja kalo udah nyampe dikamar." Ucapku
membuka obrolan kami di tengah sawah yang sedang dalam perjalanan untuk
kembali lagi ke pondok
Tak ada lagi pilihan jalan selain lewat sawah
Tak mungkin rasanya kami tanpa dosa melewati jalan utama begitu saja, khawatir
ada seseorang yang lewat mengenali kami bertiga
Meski gelap dan becek, jalan sawah ini harus kami tempuh hingga sampai gerbang
belakang pesantren
Karena waktu sudah menunjukkan jam 3 pagi, kami khawatir jika jalan depan
sudah ada orang yang bangun dan pergi ke masjid untuk shalat malam, karena
jarak antara gerbang depan dan beranda masjid tidak jauh
"Yakin ente raj kita pulang lewat sini? Jam segini ane takut ada yang
kontrol, biasanya gerbang belakang ada yang jaga."
Jelas Nafri khawatir sambil berbisik
Belum saja ku menjawab pertanyaan Nafri, sesampainya kami di gerbang belakang
pondok, benar saja tebakan Nafri
Kilauan senter mengayun-ayun keatas pepohonan, segera kami bertiga menyisi
kedalam semak-semak
"Tuh kan bener kata ane, ada yang jaga." Jelas lagi Nafri membenarkan
tebakannya
"Ya, itu khofir (ronda malam dari santri) pasti ri.." Balasku coba
untuk menenangkan Nafri
Karena aku benar-benar khawatir, jika yang sedang berkeliling-keliling adalah
bagian keamanan atau salah satu ustadz yang sedang ronda malam
"Wah, gawat nih. Kayanya kepaksa kita harus puter balik lewat jalan depan,
ga beres nih, kayanya dia duduk di sana"
Tanyaku lagi, memperhatikan seseorang yang sedang mundar mandir tak jauh dari
gerbang
"Hm, mana orang nya ga pergi-pergi lagi, dia malah diem disitu" intip
iki dari semak-semak
"Ya udah yuk, mau ga mau kita lewat depan." Ajak ku lagi pada mereka
berdua
Tak perlu kembali lewat sawah, dari gerbang belakang menuju gerbang depan
hanya memotong jalan sempit saja
Sesampainya kami di gerbang depan, terlihat tidak ada satupun orang didepan
masjid
"Yes, ga ada orang nih."
Intip kami diam-diam dibalik semak ilalang rumput liar yang tumbuh karena tak
terawat
"Kita masuk satu-satu ya, pelan-pelan, jangan semuanya biar ga
keliatan."
Saran ku pada Iki dan Nafri
Karena aku yang membuat usul duluan, maka aku yang terlebih dahulu
mengendap-endap cepat menuju depan wc supaya bisa bersembunyi dan pura-pura
seperti ingin buang air
Lalu disusul Iki dan Nafri setelahnya
"Alhamdulillah.. sampe juga pondok." Ucap iki bersyukur telah sampai
pondok dengan selamat
Tak seperti iki yang bersyukur karena telah sampai pondok, hatiku malah
gelisah dan berkata lain
Firasat buruk
"Ya udah, satu-satu gantian kita keluar pura-pura abis dari kamar mandi
ini, supaya ngga keliatan."
Sesampainya kami di kamar, segera kami mengganti pakaian untuk pergi ke
masjid
***
Setelah kejadian kabur semalam, ku rasa semua baik-baik saja, karena nampaknya
tidak ada yang mencurigai kami dikamar maupun dikelas
Tapi melanggar tetaplah melanggar, hati kami yang dihantui kegelisahan, setiap
kali kami melihat bagian disiplin atau pengasuhan santri kami terkadang gugup
Masih di hari yang sama
Malam pun tiba, malam yang kami tunggu-tunggu, selesai shalat isya bagian
penerangan akan mengumumkan hal-hal penting, seperti pemanggilan dari beberapa
bagian OPP (Organisasi Pelajar Pesantren) bagi santri yang melanggar atau
perkumpulan lain
OPP ini sendiri seperti OSIS yang dipimpin oleh kakak kelas tertinggi, kelas 6
(3 SMA)
Dimana mereka diamanahkan dan diberi tanggung jawab untuk memimpin santri pada
bagiannya masing-masing
Contohnya ada beberapa bagian meliputi bagian keamanan, kesenian,
perpustakaan, kantin dan masih banyak lagi
Di umumkan nya beberapa pengumuman, ada yang dipanggil bagian kebersihan,
mungkin santri tersebut tidak malaksanakan piket, bagian bahasa, bagi santri
yang melanggar bahasa dan disiplin bagi mereka yang terlambat masuk masjid
atau melanggar disiplin lainnya
Kudengar dengan jelas satu persatu dari sekian banyak nama santri, tiba lah
pemanggilan bagian keamanan
"Di harap hadir setelah shalat isya bagi santri yang disebutkan namanya ke
bagian keamanan, mereka adalah..."
Umumkan bagian penerangan jelas di atas mimbar di depan para santri
Semua mendengar dengan seksama
"Rajaf, santri kelas tiga.."
Seketika santri yang duduk disekitar ku melihat kearah ku
"Ente kenapa raj?" Tanya teman sebelahku
Nafri dan iki yang melihat ku
Kenapa hanya aku yang disebutkan namanya?
Bersambung..